Sabtu, 23 November 2013

Penurunan Anatomi Dan Fungsi Organ Pada Geriatri



BAB I
PENDAHULUAN

1.1. Pendahuluan
Lansia atau lanjut usia merupakan kelompok umur pada manusia yang telah memasuki tahapan akhir dari fase kehidupannya. Pada Kelompok yang dikategorikan lansia ini akan terjadi suatu proses yang disebut Aging Process. Ilmu yang mempelajari fenomena penuaan meliputi proses menua dan degenerasi sel termasuk masalah-masalah yang ditemui dan harapan lansia disebut gerontology. Pengertian lain mengatakan bahwa gerontology adalah ilmu yang mempelajari , membahas, meneliti segala bidang yang terkait dengan lanjut usia, bukan saja mengenai kesehatan namun juga mencakup soal kesejahteraan, pemukiman, lingkungan hidup, pendidikan, perundang-undangan dan sebagainya.
Lanjut usia adalah dimana individu yang berusia di atas 60 tahun yang pada umumnya memiliki tanda-tanda terjadinya penurunan fungsi-fungsi biologis, psikologis, sosial, ekonomi. Sedangkan menurut definisi dari Depkes RI 3 lanjut usia adalah suatu proses alami yang tidak dapat dihindarkan. Proses menjadi tua disebabkan oleh faktor biologik yang terdiri dari tiga fase yaitu fase progresif, fase stabil dan fase regresif. Dalam fase regresif mekanisme lebih kearah kemunduran yang dimulai dalam sel, komponen terkecil dalam tubuh manusia. Begitu pula pada tahap perkembangan yang lain, maka pada lansia terjadi perubahan fungsi fisik, emosi, kognitif, sosial, spiritual, dan ekonomi.
Sedangkan menurut Undang-undang No. 4 Tahun 1965 pasal 1, merumuskan bahwa seseorang dapat dinyatakan sebagai orang jompo atau lanjut usia setelah yang bersangkutan mencapai umur 55 tahun, tidak memupunyai atau tidak berdaya mencari nafkah sendiri untuk keperluan hidupnya sehari-hari dan menerima nafkah dari orang lain.
Seiring dengan memasuki fase lansia maka, fungsi organ tubuh juga akan menurun, hal ini akan berdampak terhadap metabolisme dan kekebalan tubuh lansia, sehingga akan rentan terhadap penyakit.


BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Definisi Geriatri
Geriatri adalah cabang kedokteran yang berkenaan dengan diagnosa dan pengobatan – atau kadang-kadang hanya pengelolaan – dari kondisi dan gangguan yang terjadi pada usia tua. Istilah geriatri juga mengacu pada perawatan medis untuk orang tua pada umumnya. Geriatri berbeda, namun terkait, dengan bidang lain yaitu gerontologi (yang melibatkan studi tentang perubahan yang terjadi dalam pikiran dan tubuh selama proses penuaan).
Geriatri penting karena orang dewasa tua mungkin bereaksi terhadap penyakit dan kondisi secara berbeda dengan orang dewasa muda. Ada juga beberapa kondisi yang secara khusus terkait dengan penuaan. Misalnya, masalah kesehatan yang biasanya ditemukan di usia tua mencakup inkontinensia, sering terjatuh, masalah memori, dan efek samping yang disebabkan oleh obat-obatan.
2.2. Perubahan Fungsi Organ Pada Geriatri
2.2.1. Perubahan Sistem Imun
Sistem Imun Tubuh memiliki fungsi yaitu membantu perbaikan DNA manusia; mencegah infeksi yang disebabkan oleh jamur, bakteri, virus, dan organisme lain; serta menghasilkan antibodi (sejenis protein yang disebut imunoglobulin) untuk memerangi serangan bakteri dan virus asing ke dalam tubuh. Tugas sistem imun adalah mencari dan merusak invader (penyerbu) yang membahayakan tubuh manusia. Fungsi sistem imunitas tubuh (immunocompetence) menurun sesuai umur. Kemampuan imunitas tubuh melawan infeksi menurun termasuk kecepatan respons imun dengan peningkatan usia. Hal ini bukan berarti manusia lebih sering terserang penyakit, tetapi saat menginjak usia tua maka resiko kesakitan meningkat seperti penyakit infeksi, kanker, kelainan autoimun, atau penyakit kronik. Hal ini disebabkan oleh perjalanan alamiah penyakit yang berkembang secara lambat dan gejala-gejalanya tidak terlihat sampai beberapa tahun kemudian. Di samping itu, produksi immunoglobulin yang dihasilkan oleh tubuh orang tua juga berkurang jumlahnya sehingga vaksinasi yang diberikan pada kelompok lansia kurang efektif melawan penyakit.
Salah satu perubahan besar yang terjadi seiring pertambahan usia adalah proses thymic involution 3. Thymus yang terletak di atas jantung di belakang tulang dada adalah organ tempat sel T menjadi matang. Sel T sangat penting sebagai limfosit untuk membunuh bakteri dan membantu tipe sel lain dalam sistem imun. Seiring perjalanan usia, maka banyak sel T atau limfosit T kehilangan fungsi dan kemampuannya melawan penyakit. Volume jaringan timus kurang dari 5% daripada saat lahir. Saat itu tubuh mengandung jumlah sel T yang lebih rendah dibandingkan sebelumnya (saat usia muda), dan juga tubuh kurang mampu mengontrol penyakit dibandingkan dengan masa-masa sebelumnya. Jika hal ini terjadi, maka dapat mengarah pada penyakit autoimun yaitu sistem imun tidak dapat mengidentifikasi dan melawan kanker atau sel-sel jahat. Inilah alasan mengapa resiko penyakit kanker meningkat sejalan dengan usia.
Salah satu komponen utama sistem kekebalan tubuh adalah sel T, suatu bentuk sel darah putih (limfosit) yang berfungsi mencari jenis penyakit pathogen lalu merusaknya. Limfosit dihasilkan oleh kelenjar limfe yang penting bagi tubuh untuk menghasilkan antibodi melawan infeksi. Secara umum, limfosit tidak berubah banyak pada usia tua, tetapi konfigurasi limfosit dan reaksinya melawan infeksi berkurang. Manusia memiliki jumlah T sel yang banyak dalam tubuhnya, namun seiring peningkatan usia maka jumlahnya akan berkurang yang ditunjukkan dengan rentannya tubuh terhadap serangan penyakit.
Kelompok lansia kurang mampu menghasilkan limfosit untuk sistem imun. Sel perlawanan infeksi yang dihasilkan kurang cepat bereaksi dan kurang efektif daripada sel yang ditemukan pada kelompok dewasa muda. Ketika antibody dihasilkan, durasi respons kelompok lansia lebih singkat dan lebih sedikit sel yang dihasilkan. Sistem imun kelompok dewasa muda termasuk limfosit dan sel lain bereaksi lebih kuat dan cepat terhadap infeksi daripada kelompok dewasa tua. Di samping itu, kelompok dewasa tua khususnya berusia di atas 70 tahun cenderung menghasilkan autoantibody yaitu antibodi yang melawan antigennya sendiri dan mengarah pada penyakit autoimmune. Autoantibodi adalah factor penyebab rheumatoid arthritis dan atherosklerosis. Hilangnya efektivitas sistem imun pada orang tua biasanya disebabkan oleh perubahan kompartemen sel T yang terjadi sebagai hasil involusi timus untuk menghasilkan interleukin 10 (IL-10). Perubahan substansial pada fungsional dan fenotip profil sel T dilaporkan sesuai dengan peningkatan usia.
Fenotip resiko imun dikenalkan oleh Dr. Anders Wikby yang melaksanakan suatu studi imunologi longitudinal untuk mengembangkan faktor-faktor prediktif bagi usia lanjut. Fenotip resiko imun ditandai dengan ratio CD4:CD8 < 1, lemahnya proliferasi sel T in vitro, peningkatan jumlah sel-sel CD8+CD28-, sedikitnya jumlah sel B, dan keberadaan sel-sel CD8T adalah CMV (Cytomegalovirus). Efek infeksi CMV pada sistem imun lansia juga didiskusikan oleh Prof. Paul Moss dengan sel T clonal expansion (CD8T).
Secara khusus jumlah sel CD8 T berkurang pada usia lanjut. Sel CD8 T mempunyai 2 fungsi yaitu: untuk mengenali dan merusak sel yang terinfeksi atau sel abnormal, serta untuk menekan aktivitas sel darah putih lain dalam rangka perlindungan jaringan normal. Para ahli percaya bahwa tubuh akan meningkatkan produksi berbagai jenis sel CD8 T sejalan dengan bertambahnya usia. Sel ini disebut TCE (T cell clonal expansion) yang kurang efektif dalam melawan penyakit. TCE mampu berakumulasi secara cepat karena memiliki rentang hidup yang panjang dan dapat mencegah hilangnya populasi TCE secara normal dalam organisme. Sel-sel TCE dapat tumbuh lebih banyak 80% dari total populasi CD8. Perbanyakan populasi sel TCE memakan ruang lebih banyak daripada sel lainnya, yang ditunjukkan dengan penurunan efektifitas sistem imunitas dalam memerangi bakteri patogen. Hal itu telah dibuktikan dengan suatu studi yang dilakukan terhadap tikus karena hewan ini memiliki fungsi sistem imunitas mirip manusia. Ilmuwan menemukan tikus berusia lanjut mempunyai tingkat TCE lebih besar daripada tikus normal, populasi sel CD8 T yang kurang beragam, dan penurunan kemampuan melawan penyakit. Peningkatan sel TCE pada tikus normal menggambarkan berkurangnya kemampuan melawan penyakit. Ilmuwan menyimpulkan bahwa jika produksi TCE dapat ditekan pada saat terjadi proses penuaan, maka efektifitas sistem imunitas tubuh dapat ditingkatkan dan kemampuan melawan penyakit lebih baik lagi. Aging juga mempengaruhi aktivitas leukosit termasuk makrofag, monosit, neutrofil, dan eosinofil. Namun hanya sedikit data yang tersedia menjelaskan efek penuaan terhadap sel-sel tersebut.
2.2.2. Fungsi Mental dan Somatomotorik
Fungsi mental san somatomotorik pada lansia mengalamii penurunan. Hal ini bisa dilihat dari bagaimana daya kognisi mereka ( kecerdasan, kemampuan berhitung, dan penguasaan ruang) yang sudah mulai berkurang. Bahkan di beberapa kasus, banyak orang lansia yang memiliki daya ingat tidak bagus sehingga membuat meraka sering lupa. Kemampuan mereka dalam belajar dan mengambil keputusan juga akan berkurang. Peluang kemunduran fungsi mental ini akan semakin besar jika orang yang telah lansia tersebut sudah jarang mengasah otak dan pikirannya. Ketiga, penurunan fungsi sensomotorik juga banyak dialami oleh orang yang telah lansia. Biasanya ini ditandai dengan kemampuan meraka dalam melakuakn pergerakan yang semakin menurun.
Mereka pun juga akan kesulitan dalam melakukan pekerjaan yang kompleks. Untuk bisa mengatasi masalah yang satu ini biasanya orang yang telah lansia menggunakan bantuan berbagai macam alat untuk bisa bergerak dengan lebih mudah seperti kursi roda dan juga tongkat untuk berjalan dan melakukan aktivitas lainnya. Keempat, orang yang telah lansia juga akan mengalami penurunan neurofisiologis. Penurunan kemampuan ini meliputi penghantaran pada bagian saraf otot. Hal inilah yang menyebabkan meraka gampang sekali mengalami capek dan kelelahan. Disamping itu kemampuan metabolisme tubuh yang berkurang juga menjadi alasan mengapa banyak dari orang yang lansia tidak bisa melakuakan aktivitas mereka dengan performa yang terbaik. Produksi hormone bagi orang yang lansia juga akan semakin menurun kualitasnya.
2.2.3. Kemunduran Motivasi dan Temperamen
Kemunduran juga terjadi pada kepribadian orang yang lansia. Mereka akan memiliki motivasi dan tempramen yang kurang. Namun ada beberapa hal positif yang bisa diperoleh dari hal ini diantaranya adalah rasa tanggung jawab dan juga pengendalian diri yang semakin membaik dari waktu ke waktu. Bahkan mereka akan menjadi pribadi yang sopan dan perhatian terhadap masyarakat sekitar. Semakin tua umur mereka, maka akan semakin besar rasa sosialisasi yang dimilikinya. Itulah beberapa penurunan yang dialami oleh orang yang sudah memasukai tahap lansia, dimana semua orang pasti akan mengalaminya.
2.2.4 Penurunan Organ pada Lansia
Pada masa lansia kulit tidak lagi mampu meregang elastis. Lapisan luar atau epidermal kulit mulai menipis karena lapisan dalam dermis menjadi lebih berserabut. Terjadi pengeriputan, kerja kelenjar peluh dan kelenjar minyak dalam kulit yang berfungsi melumasi, memelihara, dan memperlancar kelenturan kulit menjadi kurang efisien. Kelembaban kulit mulai berkurang. Kasus yang terjadi adalah mu7dahnya lansia terkena penyakit kulit.
 Penurunan fungsi internal terjadi pada umumnya pada sistem Kardiovasculair, pernapasan, saraf, sensori dan muskuloskeletal. Pada sistem pembuluh jantung, tekanan darah menurun dan efisiensi kerja jantung tinggal 80%. Jantung mulai kehilangan otot serabutnya dan pembuluh darah menjadi semakin kaku dan kurang elastis. Jaringan mengalami atropi, arteri mengeras dan menciut. Kekuatan otot jantung melemah, ukuran sel oto jantung mengecil dan kaluaran jantung juga mengecil. Kasus yang sering terjadi adalah terganggunya sistem jantung dan peredaran darah.
 Kapasitas pernapasan turun menjadi 75 % (dibandingkan dengan kapasitas optimum 100%). Struktur paru-paru mulai kehilangan sebagian dari sifat elastisitanya. Napas mulai tidak teratur dan sering mengalami sesak karena suplai oksigen berkurang. Kecepatan syaraf dalam merespons perintah dari otak ke serabut otot menurun sampai 10%. Terjadi redukasi aliran darah ke otak, penurunan konsumsi oksigen dan glukosa, terjadi juga atropi celebral dan penyusutan berat otak sehingga daya ingat semakin melemah dan pikun (alzeimer) karena beban pekerjaan yang tinggi.
Kemampuan sensori pada masa lansia mengalami serangkaian kemunduran sejalan dengan berkurangnya fungsi organ internal tubuh. Penglihatan sudah mengalami penurunan sehingga umumnya sudah membutuhkan kaca mata sebagai alat bantu. Fungsi pendengaran juga mengalami kemunduran. Kekuatan dan daya otot, masa otot dan elastisitasnya menurun. Pada wanita biasanya terjadi tulang melemah dan densitasnya menurun (osteoporosis). Deposit garam mineral pada tulang meningkat sehingga menimbulkan sakit dan linu pada persendian penggul dan lutut. Biasanya orang yang memiliki berat badan berlebih beresiko mengalami berbagai penyakit degeneratif.
2.2.5. Perubahan Anatomik pada Sistema Muskuloskeletal
Massa tulang kontinu sampai mencapai puncak pada usia 30-35 tahun setelah itu akan menurun karena disebabkan berku¬rang¬nya aktivitas osteoblas sedangkan aktivitas osteoklas tetap normal. Secara teratur tulang mengalami turn over yang dilaksana¬kan melalui 2 proses yaitu; modeling dan remodeling, pada ke¬adaan normal jumlah tulang yang dibentuk remodeling sebanding dengan tulang yang dirusak. Ini disebut positively  coupled jadi masa tulang yang hilang nol. Bila tulang yang dirusak lebih banyak terjadi kehilangan masa tulang ini disebut negatively  coupled yang terjadi pada usia lanjut. 
Dengan bertambahnya usia terdapat penurunan masa tulang secara linier yang disebabkan kenaikan turn over pada tulang sehingga tulang lebih pourus. Pengurangan ini lebih nyata pada wanita, tulang yang hilang kurang lebih 0,5 sampai 1% per tahun dari berat tulang pada wanita pasca menopouse dan pada pria diatas 80 tahun, pengurangan tulang lebih mengenai bagian trabekula dibanding dengan kortek. Pada pemeriksaan histologi wanita pasca menopouse dengan osteoporosis spinal hanya mempunyai trabekula kurang dari 14%. Selama kehidupan laki-laki kehilangan 20-30% dan wanita 30-40% dari puncak massa tulang.
Pada sinofial sendi terjadi perubahan berupa tidak ratanya permukaan sendi terjadi celah dan lekukan dipermukaan tulang rawan. Erosi tulang rawan hialin menyebabkan pembentukan kista di rongga sub kondral. Ligamen dan jaringan peri artikuler menga¬lami degenerasi Semuanya ini menyebabkan penurunan fungsi sendi, elastisitas dan mobilitas hilang sehingga sendi kaku, kesu¬litan dalam gerak yang rumit.
Perubahan yang jelas pada sistem otot adalah berkurangnya masa otot terutama mengenai serabut otot tipe II. Penurunan ini disebabkan karena otropi dan kehilangan serabut otot. Perubahan ini menyebabkan laju metabolik basal dan laju komsumsi oksigen maksimal berkurang. Otot menjadi mudah lelah dan kecepatan laju kontraksi melambat. Selain penurunan masa otot juga dijumpai berkurangnya rasio otot dan jaringan lemak.
2.2.6. Perubahan anatomik pada sistema kardiovaskuler
A.    Jantung (Cor).
Elastisitas dinding aorta menurun dengan bertambahnya usia. Disertai dengan bertambahnya kaliber aorta. Perubahan ini terjadi akibat adanya perubahan pada dinding media aorta dan bukan merupakan akibat dari perubahan intima karena aterosklerosis. Perubahan aorta ini menjadi sebab apa yang disebut isolated aortic incompetence dan terdengarnya bising pada apex cordis.
Penambahan usia tidak menyebabkan jantung mengecil (atrofi) seperti organ tubuh lain, tetapi malahan terjadi hipertropi. Pada umur 30-90 tahun massa jantung bertambah (± 1gram/tahun pada laki-laki dan ± 1,5 gram/tahun pada wanita).Pada daun dan cincin katup aorta perubahan utama terdiri dari berkurangnya jumlah inti sel dari jaringan fibrosa stroma katup, penumpukan lipid, degenerasi kolagen dan kalsifikasi jaringan fibrosa katup tersebut. Daun katup menjadi kaku, perubahan ini menyebabkan terdengarnya bising sistolik ejeksi pada usia lanjut.
Ukuran katup jantung tampak bertambah. Pada orang muda katup antrioventrikular lebih luas dari katup semilunar. Dengan bertambahnya usia terdapat penambahan circumferensi katup, katup aorta paling cepat sehingga pada usia lanjut menyamai katup mitral, juga menyebabkan penebalan katup mitral dan aorta. Perubahan ini disebabkan degenerasi jaringan kalogen, pengecilan ukuran, penimbunan lemak dan kalsifikasi. Kalsifikasi sering terjadi pada anulus katup mitral yang sering ditemukan pada wanita. Perubahan pada katup aorta terjadi pada daun atau cincin katup. Katup menjadi kaku dan terdengar bising sistolik ejeksi
B.     Pembuluh Darah Otak
Otak mendapat suplai darah utama dari Arteria Karotis Interna dan a.vertebralis. Pembentukan plak ateroma sering dijumpai didaerah bifurkatio kususnya pada pangkal a.karotis interna, Sirkulus willisii dapat pula terganggu dengan adanya plak ateroma juga arteri-arteri kecil mengalami perubahan ateromatus termasuk fibrosis tunika media hialinisasi dan kalsifikasi. Walaupun berat otak hanya 2% dari berat badan tetapi mengkomsumsi 20% dari total kebutuhan oksigen komsumsion. Aliran darah serebral pada orang dewasa kurang lebih 50cc/100gm/menit pada usia lanjut menurun menjadi 30cc/100gm/menit.
Perubahan degeneratif yang dapat mempengaruhi fungsi sistem vertebrobasiler adalah degenerasi discus veterbralis (kadar air sangat menurun, fibrokartilago meningkat dan perubahan pada mukopoliskharid). Akibatnya diskus ini menonjol ke perifer mendorong periost yang meliputinya dan lig.intervertebrale menjauh dari corpus vertebrae. Bagian periost yang terdorong ini akan mengalami klasifikasi dan membentuk osteofit. Keadaan seperti ini dikenal dengan nama spondilosis servikalis. Discus intervertebralis total merupakan 25% dari seluruh collumna vertebralis sehingga degenerasi diskus dapat mengakibatkan pengurangan tinggi badan pada usia lanjut. Spondilosis servikalis berakibat 2 hal pada a.vertebralis, yaitu:
1)      Osteofit sepanjang pinggir corpus vetebrales dan pada posisi tertentu bahkan dapatmengakibatkan oklusi pembuluh arteri ini.
2)      Berkurangnya panjang kolum servikal berakiabat a.verterbalies menjadi berkelok-kelok.
Pada posisi tertentu pembuluh ini dapat tertekuk sehingga terjadi oklusi. Dengan adanya kelainan anatomis pembuluh darah arteri pada usia lanjut seperti telah diuraikan diatas, dapat dimengerti bahwa sirkulasi otak pada orang tua sangat rentan terhadap peru¬bahan-perubahan, baik perubahan posisi tubuh maupun fungsi jantung dan bahkan fungsi otak
C.     Pembuluh Darah Perifer. Arterosclerosis yang berat akan menyebabkan penyumbatan arteria perifer yang menyebabkan pasokan darah ke otot-otot tungkai bawah menurun hal ini menyebabkan iskimia jaringan otot yang menyebabkan keluhan kladikasio.

2.2.7. Perubahan Anatomik pada Sistem Pernafasan (System Respiratorius)
A.    Dinding dada: Tulang-tulang mengalami osteoporosis, rawan mengalami osifikasi sehingga terjadi perubahan bentuk dan ukuran dada. Sudut epigastrik relatif mengecil dan volume rongga dada mengecil.
B.     Otot-otot pernafasan: Musuculus interkostal dan aksesori mengalami kelemahan akibat atrofi.
C.     Saluran nafas: Akibat kelemahan otot, berkurangnya jaringan elastis bronkus dan aveoli menyebabkan lumen bronkus mengecil. Cicin rawan bronkus mengalami pengapuran.
D.    Struktur jaringan parenkim paru: Bronkiolus, duktus alveoris dan alveolus membesar secara progresip, terjadi emfisema senilis. Struktur kolagen dan elastin dinding saluran nafas perifer kualitasnya mengurang sehingga menyebabkan elastisitas jaringan parenkim paru berkurang. Penurunan elastisitas jaringan parenkim paru pada usia lanjut dapat karena menurunnya tegangan permukaan akibat pengurangan daerah permukaan alveolus. Perubahan anatomi tersebut menyebabkan gangguan fisiologi pernapasan sebagai berikut:
1)   Gerak pernafasan: adanya perubahan bentuk, ukuran dada, maupun volume rongga dada akan merubah mekanika pernafasan menjadi dangkal, timbul gangguan sesak nafas, lebih-lebih apabila terdapat deformitas rangka dada akibat penuaan.
2)   Distribusi gas: perubahan struktur anatomik saluran nafas akan menimbulkan penimbulkan penumpukan udara dalam alveolus (air trapping) ataupun gangguan pendistribusian gangguan udara nafas dalam cabang bronkus.
3)   Volume dan kapasitas paru menurun: hal ini disebabkan karena beberapa faktor: (1) kelemahan otot nafas, (2) elastisitas jaringan parenkim paru menurun, (3) resistensi saluaran nafas (menurun sedikit). Secara umum dikatakan bahwa pada usia lanjut terjadi pengurangan ventilasi paru. d.    Gangguan transport gas: pada usia lanjut terjadi penurunan PaO2 secara bertahap, penyebabnya terutama disebabkan oleh adanya ketidakseimbangan ventilasi-perfusi. Selain itu diketahui bahwa pengambilan O2 oleh darah dari alveoli (difusi) dan transport O2 ke jaringan berkurang, terutama terjadi pada saat melakukan olahraga. Penurunan pengambilan O2 maksimal disebabkan antara lain karena: (1) berbagi perubahan pada jaringan paru yang menghambat difusi gas, dan (2) kerena bertkurangnya aliran darah ke paru akibat turunnyan curah jantung.
4)   Gangguan perubahan ventilasi paru: pada usia lanjut terjadi gangguan pengaturan ventilasi paru, akibat adanya penurunan kepekaan kemoreseptor perifer, kemoreseptor sentral atupun pusat-pusat pernafasan di medulla oblongata dan pons terhadap rangsangan berupa penurunan PaO2, peninggian PaCO2, Perubahan pH darah arteri dan sebagainya.


2.2.8. Perubahan Anatomik pada Sistem Pencernaan (System Digestivus)
A.    Rongga Mulut (Cavum Oris) 
  1. Gigi (Dentes)
·         Atrial: Hilangnya jaringan gigi akibat fungsi pengunyah yang terus menerus. Dimensi vertikal wajah menjadi lebih pendek sehingga merubah penampilan /estetik fungsi pengunyah.
·         Meningkatkan insiden karies terutama bagian leher gigi dan akar, karies sekunder di bawah tambalan lama.
·         Jaringan penyangga gigi mengalami kemunduran sehingga gigi goyang dan tanggal.
  1. Muskulus Koordinasi dan kekuatan muskulus menurun sehingga terjadi pergerakan yang tidak terkontrol dari bibir, lidah dan rahang orafacial dyskinesis.
  2. Mukosa Jaringan mukosa mengalami atrofi dengan tanda-tanda tipis, merah, mengkilap, dan kering.
  3. Lidah (Lingua) Manifestasi yang sering terlihat adalah atrofi papil lidah dan terjadinya fisura-fisura. Sehubungan dengan ini maka terjadi perubahan persepsi terhadap pengecapan. Akibatnya orang tua sering mengeluh tentang kelainan yang dirasakan terhadap rasa tertentu misalnya pahit dan asin. Dimensi lidah biasanya membesar dan akibat kehilangan sebagian besar gigi, lidah besentuhan dengan pipi waktu mengunyah, menelan dan berbicara.
  4. Kelenjar liur (Glandula Salivarius) Terjadi degenerasi kelenjar liur, yang mengakibatkan sekresi dan viskositas saliva menurun.
  5. Sendi Temporo Mandibular (Art Temporo Mandibularis) Perubahan pada sendi Temporo Mandibularis sering sudah terjadi pada usia 30-50 tahun. Perubahan pada sendi Temporo Mandibularis ini akibat dari proses degenerasi. Dengan manifestasi adanya TM joint sound, melemahnya otot-otot mengunyah sendi, sehingga sukar membuka mulut secara lebar.
  6. Tulang Rahang (Os Maxilare dan Os Mandibulare) Terdapat resorbsi dan alveolar crest sampai setinggi 1 cm terutama pada rahang tanpa gigi atau setetelah pencabutan.
B.     Lambung (Ventriculus) Terjadi atrofi mukosa, atrofi sel kelenjar dan ini menyebabkan sekresi asam lambung, pepsin dan faktor intrinsik berkurang. Ukuran lambung pada lansia menjadi lebih kecil, sehingga daya tampung makanan berkurang. Proses pengubahan protein menjadi pepton terganggu. Karena sekresi asam lambung berkurang rangsang rasa lapar juga berkurang. Absobsi kobalamin menurun sehingga konsentrasi kobalamin lebih rendah.
C.     Usus halus (Intestinum Tenue) Mukosa usus halus mengalami atrofi, sehingga luas permukaan berkurang jumlah vili berkurang yang menyebebabkan penurunan proses absorbsi. Di daerah duodenum enzim yang dihasilkan oleh pancreas dan empedu menurun, sehingga metabolisme karbohidrat, protein dan lemak menjadi tidak sebaik sewaktu muda. Keadaan seperti ini menyebabkan gangguan yang disebut sebagai maldigesti dan mal absorbsi.
D.    Pankreas (Pancreas   Produksi ensim amylase, tripsin dan lipase menurun sehingga kapasitas metabolisme karbohidrat, protein dan lemak juga menurun. Pada lansia sering terjadi pankreatitis yang dihubung¬kan dengan batu empedu. Batu empedu yang menyumbat ampula vateri menyebabkan oto-digesti parenkim pankreas oleh ensim elastase dan fosfolipase-A yang diaktifkan oleh tripsin dan/atau asam empedu.
E.     Hati (Hepar)  Ukuran hati mengecil dan sirkulasi portal juga menurun pada usia kurang dari 40 tahun 740 ml/menit, pada usia diatas 70 tahun menjadi 595 ml/menit. Hati berfungsi sangat penting dalam proses metabolisme karbohidrat, protein dan lemak. Disamping juga memegang peranan besar dalam proses detoksikasi, sirkulasi, penyimpanan vitamin, konyugasi, bilirubin dan lain sebagainya. Dengan meningkatnya usia secara histologik dan anatomik akan terjadi perubahan akibat atrofi sebagian besar sel, berubah bentuk menjadi jaringan fibrous sehingga menyebabkan penurunan fungsi hati. Hal ini harus di ingat terutama dalam pemberian obat-obatan.
F.      Usus Besar dan Rektum (Colon dan Rectum)  Pada colon pembuluh darah menjadi ber kelok-kelok yang menyebabkan motilitas colon menurun, berakibat absobsi air dan elektrolit meningkat sehingga faeses menjadi lebih keras sering terjadi konstipasi.
2.2.9. Perubahan Anatomik pada Sistema Urinarius
A.     Ginjal (Ren). Setelah umur 30 tahun mulai terjadi penurunan kemampuan ginjal dan pada usia 60 tahun kemampuan tingggal 50% dari umur 30 tahun, ini disebabkan berkurangnya populasi nefron dan tidak adanya kemampuan regenerasi. Dengan menurunnya jumlah populasi nefron akan terjadi penurunan kadar renin yang menyebabkan hipertensi. Terjadi penebalan membrana basalis kapsula Bowman dan terganggunya permeabilitas, perubahan degeneratif tubuli, perubahan vaskuler pembuluh darah kecil sampai hialinisasi arterioler dan hiperplasia intima arteri menyebabkan disfungsi endotel yang berlanjut pada pembentukan berbagai sitokin yang menyebabkan resobsi natrium ditubulus ginjal.  Efisien ginjal dalam pembuangan sisa metabolisme terganggu dengan menurunnya massa dan fungsi ginjal
·         jumlah neufron tinggal 50% pada akhir rentang hidup rata-rata 
·         aliran darah ginjal tinggal 50% pada usia 75 tahun
·         tingkat filtrasi glomerlusdan kapasitas ekskresi maksimum menurun.
B.     Kandung Kemih (Vesica Urinarius). Dengan bertambahnya usia kapasitas kandung kemih menu¬run, sisa urin setelah selesai berkemih cenderung meningkat dan kontraksi otot kandung kemih yang tidak teratur sering terjadi keadaan ini menyebabkan sering berkemih dan kesulitan menahan keluarnya urin. Pada wanita pasca menopouse karena menipisnya mukosa disertai dengan menurunnya kapasitas, kandung kemih lebih rentan dan sensitif terhadap rangsangan urine, sehingga akan berkontraksi tanpa dapat dikendalikan keaadan ini disebut over active bladder. Gangguan ini mengenai sekurang-kurangnya 50 juta orang di negara yang berkembang.  Normal berkemih seorang sehat dalam waktu 24 jam adalah: 1100-1800 cc, frekuensi kurang 8 kali, nokturna kurang 2 kali, volume berkemih rata-rata 200-400 cc, dan volume maksi¬mum berkemih 400-600 cc.
2.2.10. Perubahan Anatomik pada sistema Syaraf Pusat (Systema Nervosum Centrale).
A.    Otak Berat otak kurang lebih 350 gram pada saat kelahiran kemudian meningkat menjadi 1,375 gram pada usia 20 tahun, berat otak mulai menurun pada usia 45-50 tahun penurunan ini kurang lebih 11% dari berat maksimal. Berat dan volume otak berkurang rata-rata 5-10% selama umur 20-90 tahun. Otak mengandung lebih 100 million sel termasuk diantarnya sel neuron yang berfungsi menyalurkan impuls listrik dari susunan saraf pusat. pada penuaan otak kehilangan 100.000 neuron /tahun.  Neuron dapat mengirim signal kepada beribu-ribu sel lain dengan kecepatan 200 mil/jam.  Pada orang tua Sulci pada permukaan otak melebar sedang¬kan girus akan mengecil. Pada orang muda rasio antara subtansia grisea dan substansia alba 1 : 28, pada orang tua menurun menjadi 1 : 13. Terjadi penebalan meningeal, atropi cerebral (berat otak menurun 10% antara usia 30-70 tahun. Secara berangsur-angsur tonjolan dendrit dineuron hilang disusul membengkaknya batang dendrit dan batang sel. Secara progresif terjadi fragmentasi dan kematian sel. Pada semua sel terdapat deposit lipofusin (pigment wear &tear yang terbentuk di sitoplasma, kemungkinan berasal dari lisosom atau mitokondria). RNA, Mitokondria dan enzym sitoplasma menghilang, inklusi dialin eosinofil dan badan Levy, neurofibriler menjadi kurus dan degenerasi granulovakuole. korpora amilasea terdapat dimana-mana dijaringan otak.
Berbagai perubahan degeneratif ini meningkat pada individu lebih dari 60 tahun dan menyebabkan gangguan persepsi, analisis dan integrasi, input sensorik menurun menyebabkan gangguan kesadaran sensorik (nyeri sentuh, panas, dingin posisi sendi). Tampilan sensori motor untuk menghasilkan ketepatan melambat. Gangguan mekanisme mengontrol postur tubuh dan daya anti grafitasi menurun, keseimbangan dan gerakan menurun. Daya pemikiran abstrak menghilang, memori jangka pendek dan kemampuan belajar menurun, lebih kaku dalam memandang persoalan, lebih egois dan introvet.
B.     Saraf Otonom Pusat pengendali saraf otonom adalah hipotalamus. Penelitian tentang berbagai gangguan fungsi hipotalamus pada usia lanjut saat ini sedang secara intensif dilakukan di berbagai senter, yang antara lain diharapkan bisa mengungkap berbagai penyebab terjadi¬nya gangguan otonom pada lansia. Beberapa hal yang dikatakan sebagai penyebab terjadinya gangguan otonom pada usia lanjut adalah penurunan asetilkolin, atekolamin, dopamin, noradrenalin.
·         Perubahan pada ‘neurotransmisi” pada ganglion otonom yang berupa penurunan pembentukan asetil-kolin yang disebabkan terutama oleh penurunan enzim utama kolin-asetilase.
·         Terdapat perubahan morfologis yang mengakibatkan pengurangan jumlah reseptor kolin Hal ini menyebabkan predeposisi terjadinya hipotensi postural, regulasi suhu sebagai tanggapan atas panas/dingin terganggu, otoregulasi disirkulasi cerebral rusak sehingga mudah terjatuh.
BAB III
PENUTUP

Proses menua disebabkan oleh faktor intrinsik, yang berarti terjadi perubahan struktur anatomik dan fungsi sel maupun jaringan disebabkan oleh penyimpangan didalam sel/jaringan dan bukan oleh faktor luar (penyakit) di mana hal tersebut terjadi secara alami dan tidak dapat dihindari. Terjadinya perubahan anatomik pada sel maupun jaringan tiap saat dalam tahapan kehidupan menjadi ilmu yang bermanfaat untuk menangani pasien geriatri. Dengan mengetahui adanya penurunan struktur anatomi dan fungsi tubuh pada lansia atau geriatri, maka akan disesuaikanlah segala macam peawatan dan pengobatan maupun perilaku sesuai dengan proporsinya.



DAFTAR PUSTAKA


Best B. 2006. Mechanism of Aging://wysiwyg 1 /file/e/mechanism of Aging htm.
Brain & Aging, 2006. http://www.biorap.org/rg/rgagebrainaging. html

Carola R, Harley JP, Noback, 1990. Human Anatomy and Physiology. McGraw-Hill Publishing Company. Carmel R, 1997. Cobalamin, Stomach, and Aging. Am J Clin Nutr 1997; 66: 750-9.
Darmojo RB, 2001.  A Visit to Geriatric Heart Disease (Sukaman Lecture). Medika no. 6 TahunXXVII, Juni 2001.
Darmojo RB, 2002.  Penatalaksanaan Penderita Lanjut Usia secara Terpadu. Medika no. 1 tahun XXVIII, juni 2002.
Darmojo RB, et al, 2004. Buku Ajar Geriatri.Balai Penerbit FK UI Jakarta.
Djuwantoro D, 2006. Overactive Bladder. Patofisiologi dan Penatalaksanaan. Medika no.6 Tahun XXXI, juni 2006.
Laksmiasanti, 1987.  The Pathophysiology of Brain Ischaemia. Geriatrics Symposium on Dementia and Brain Ischaemia
Reiman E, 2006.  What Physical Changes Happen to The Brain?
Russell RM, 1992. Changes in Gastrointestinal Function Attributed to Aging. Am J Clin Nutr 1992; 55:1203s-7s.
Soejono CH, 2004. Pasien Geriatri dan Permasalahannya. Medika no.5 tahun XXX, Mei 2004.
Taslim H, 2001. Gangguan Muskuloskeletal pada Usia Lanjut. Medika no. 7 Tahun XXVII, Juli 2001.

( Many thanks to my best friend Feny...)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Silakan berkomentar dengan bijaksana dan menggunakan hati nurani serta tanpa mengandung unsur SARA,Sex dan Politik